Tuesday, April 26, 2005

Konferensi Asia-Afrika 1955 Versi Cina

Prakarsa Rakyat - Bandung, Kekhawatiran delegasi Republik Rakyat Cina--dulu ditulis dengan Republik Rakjat Tjina (RRT)--dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 di Bandung akhirnya terbukti. Dalam forum itu, masalah komunisme yang dianut Cina menyembul ke permukaan. Walhasil, tak hanya Perdana Menteri Cina Zhou Enlai dan rombongan yang terkejut, tapi juga negarawan lain. Tengoklah, Perdana Menteri India, Nehru, langsung terperangah. Begitu juga dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo. Saking kagetnya, sampai-sampai Ali mengusap wajah dengan telapak tangan kanannya.
Perdana Menteri Irak Mohammad F. Gamal dengan lantang bicara di podium. Mengenakan setelan jas hijau gelap, pria berbadan besar dan berkacamata itu menyatakan adanya kekuatan ketiga--di luar kolonialisme dan zionisme--yang menyebabkan pergolakan di dunia. "Kupikir kalian semua sangat menyadari ini, yaitu komunisme!" katanya, sembari mengacungkan jari telunjuknya ke depan.
Kegaduhan pun tercipta hingga Ali yang memimpin sidang berulang kali meminta hadirin tenang. Zhou Enlai sendiri, meski terkejut, tetap berusaha tenang. Lalu ia mengambil pena dan menulis di kertas putih dan disorongkan ke anggota delegasi yang lain. Isinya singkat, "Aku harus memohon di sini. TAHAN AMARAH." Tenang, sabar, bijak, dan selalu memiliki solusi jitu.
Itulah gambaran sikap Zhou, Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Cina, dalam video Zhou Enlai in Bandung. Selama sepekan, 18-24 April, video yang lolos Lembaga Sensor Film pada 18 Januari 2005 ini diputar di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Pemutaran dilakukan oleh The Asia Africa Academy untuk menyambut Peringatan 50 Tahun KAA 1955.
Sikap Zhou seperti itu tak hanya muncul ketika masalah komunisme di singgung dalam KAA, tapi bertaburan sejak awal hingga akhir. Di bagian awal, sekadar contoh, Zhou tetap nekat naik pesawat milik India "Raja Hegemon". Padahal, beberapa hari sebelumnya, anggota staf delegasinya terbunuh dalam perjalanan menuju Bandung ketika naik pesawat Dinas Penerbangan Internasional India, "Putri Kashmir". Pesawat itu meledak di Laut Cina Selatan karena sabotase agen rahasia KMT (Kuo Min Tang).
Di bagian lain, Zhou sama sekali tak emosional ketika mendengar pidato Gamal, begitu juga saat ia harus membacakan pidato balasan. Ketenangan dan kepiawaian berdiplomasi juga ditunjukkan Zhou saat sidang rapat komisi politik ricuh. Bahkan Perdana Menteri India Nehru digambarkan keluar ruangan saking marahnya.
Sulit dimungkiri, secara keseluruhan, video ini sangat berhasil menggambarkan kehebatan peran Zhou dalam KAA 1955. Tak sepenuhnya salah, memang! Ihwal bahasa diplomasi Zhou yang lembut sehingga tak menimbulkan kemarahan dan perselisihan dengan delegasi yang lain, sekadar contoh, diakui pihak lain.
Pengakuan tentang kenegarawanan Zhou antara lain diungkap dua tokoh penting di balik KAA 1955, yakni Ali Sastroamidjojo, arsitek KAA, dan Roeslan Abdulgani, Sekjen Kesekretariatan KAA. Hal itu bisa dilihat dalam buku terbitan The Asia Africa Academy, yang diluncurkan Sabtu (23/5), pekan lalu, bertajuk Ali Sastroamidjojo, Kesaksian Tonggak-tonggak Perjalanan Konferensi, dan Roeslan Abdulgani, Asiafrika! Bandung Connection.
Cuma, merujuk pada buku yang sama, isi video Zhou memang terasa agak berlebihan dan berpotensi memancing polemik. Maklum, beberapa bagian di antaranya berbeda dengan keterangan Ali dan Roeslan, sebagai sesama pelaku KAA 1955. Dalam video, tokoh yang mempermasalahkan komunisme adalah Gamal dari Irak, sementara Ali dan Roeslan menyebut Perdana Menteri Sri Lanka Sir John Kotelawala. Jika video memperlihatkan Zhou dengan santun mempersilakan Gamal untuk keluar ruangan terlebih dulu setelah sidang selesai, Roeslan menyebut adanya saling tuding antara Zhou dan John Kotelawala.
Hal lain yang membingungkan adalah kericuhan yang muncul dalam rapat komisi politik, seperti terlihat dalam video. Maklum, menurut Ali dan Roeslan, rapat panitia politik berjalan lancar setelah mendengarkan pidato Zhou dan Kotelawala. Kalaupun ada ricuh, bahkan buntu, itu terjadi dalam Panitia Adhoc Gamal Abdul Nasser--yang dibentuk dengan tugas menampung dan merumuskan semua usul dan pendapat yang diajukan dalam panitia politik. Nah, jika kericuhan yang dimaksud dalam video ini terjadi dalam panitia ad hoc, yang mencairkan suasana adalah Ali, bukan Zhou.
Tak pelak, sejumlah perbedaan ini menimbulkan polemik: mana yang benar? Hal inilah yang terjadi setelah siswa-siswa SMA di Bandung menonton video tersebut. Kebingungan itu sempat disuarakan salah satu guru, Iwan Hermawan. Dan jawaban yang memuaskan belumlah ada. Kalau saja saksi hidup KAA 1955, Roeslan Abdulgani, berkesempatan memberi tanggapan isi video ini, kebingungan itu pasti tak akan berlangsung lama.
Kejelasan mungkin juga bisa didapat tentang Ibu Negara RI, yang digambarkan bermata sipit. Dia adalah Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi? Tak mungkin. Sebab, wanita cantik ini dinikahi Soekarno pada Maret 1962, sekian tahun setelah KAA 1955 berlangsung.


(Koran Tempo, 26/4/2005)

Source: here

No comments:

Post a Comment